BERPACU DALAM NAFSU

Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama kutinggalkan, dengan ditemani Andi, salah seorang kepercayaanku, kami terbang dengan flight sore supaya bisa istirahat dan besok bisa meeting dalam keadaan fresh dan tidak loyo karena harus bangun pagi pagi buta. mengingat meeting besok aku perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi dan kontrak, disamping itu meeting dengan Pak Reza, calon client. jadwalnya jam 10:00-19:00.

Kami check in di Sh****on Hotel, setelah menyelesaikan administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat. Kurendam tubuhku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa penat setelah seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok. Cukup lama aku dikamar mandi hingga kudengar HPku berbunyi, tapi tak kuperhatikan. Setelah puas merendam diri, kukeringkan tubuhku dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai lalu kupandangi penampilanku di kaca, dadaku kelihatan bidang dengan perut yg membentuk, cukup attraktif, di usiaku yang 28 tahun pasti orang akan mengira aku masih berumur sekitar24 tahun. lalu Aku teringat miss call di HP-ku, ternyata si indra, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia.

“hallo sayang, tadi telepon ya” sapaku

“mas bayu, ketemu yok, aku udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aku yang nyiapin pesertanya, pasti okedeh mas” suara dari ujung merajuk

“pesta apaan?”

“pesta asik deh, dijamin puas, Mas Cuma sediakan tempatnya saja, lainnya serahkan ke indra, pasti beres,aku jamin mas” bujuknya.

“emang berapa orang” tanyaku penasaran

“rencanaku sih aku dengan dua temanku, lainnya terserah mas, jaminan kepuasannya indra deh mas” “asik juga sih, sayang aku lagi diSurabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aku nanti” “wah sayang juga sih mas, aku lagi kangen sekarang nih” “simpan saja dulu ya sayang, ntar pasti aku kabari sekembaliku nanti” “baiklah mas, jangan lupa ya” “aku nggak akan lupa kok sayang, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaku ketika tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya indra. “Nah kan bikin pesta di Surabaya”ada nada kecewa di suaranya “gimana punya nggak, aku perlu malam ini saja” “ada sih, biar dia hubungi Mas nanti, nginapnya dimana sih?” “kamu tahu kan seleraku, jangan asal ngasih ntar aku kecewa” “garansi deh mas”Kumatikan HP setelah memberitahukan hotel dan kamarku, lalu aku ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam. Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu sehingga aku bisa mengamati tamu yang masuk. Ketika menunggu pesanan makanan, aku melihat Pak yono sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan kusapa dia. “malam Bapak, apa kabar?” sapaku sambil menyalami dia “eh Mas bayu, kapan datang, kenalin ini Pak Edwin buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak yono, aku menyalami PakEdwin dengan hangat. “silahkan duduk, gabung saja dengan kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar Pak Edwin dengan ramah. “terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan aku nginap dihotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dengan mereka. Kami pun bercakap ringan sambil makan malam, hingga aku tahu kalau Pak Edwin dan Pak yono ternyata sobat lama yang selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun kelihatannya Pak yono lebih tua,menurut taksiranku sekitar 40 tahun, sementara Pak Edwin, seorangchinesse, mungkin usianya tidak lebih dari 35 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aku pesan red wine kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yang aku tidak terlalu perhatikan. “Bagaimana dengan besok, everything is oke?” Tanya Pak yono “Untuk Bapak aku siapkan yang spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa proposalku tadi ” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Edwin, si cina ganteng itu. Tak terasa jarum jam sudahmenunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yang sudah meluncur membasahi tenggorokanku hingga kepalaku agak berat, tak pernah aku minum wine sebanyak ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tidak banyak lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yang di charge ke kamarku. Kamipun beranjak hendak pulang ketika tiba tiba kepalaku terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Edwin, Pak yono dari tadi sudah duluan pergi ketika Pak Edwin memeluk dan membimbingku ke lift menuju kamar, aku sendiri sudah diantara sadar dan tidak, ketika Pak Edwin mengambil kunci kamar lalu membukanya.Dengan hati-hati Pak Edwin merebahkan tubuhku di ranjang, perlahan membetulkan posisi tubuhku, aku sudah tak ingat selanjutnya. Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Edwin sedang menindih tubuhku sambil menggigit & menjilat kedua putingku secara bergantian,tubuhku sudah telanjang, (ya tuhan beruntung sekali sepertinya aku, disaat aku sedang membutuhkan kepuasan nafsuku, ternyata client ku seorang gay juga) . dan entah kapan dia melepas pakainku begitu juga Pak Edwin yang hanya memakai celana dalam. Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Edwin yang masih bermain di dadaku. Tangannya mulai mempermainkan daerah selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan batang kontolku begitu keras, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan. “sshh.. eehh. . eegghh” desahku membuat Pak Edwin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dengan penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya. Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata kontolnya yang tegang tidak sedahsyat yang aku bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan. Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya lalu beralih keperut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan batang kontolku dan biji pelerku, kemudian jari tangannya mulai mengocok kontolku. “sshh.. eegghh. . eehhmm.. ya Pak. .truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan tangan Pak Edwin. Pak Edwin kembali keatasku, kakinya dikangkangkan didadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau mengulum penis pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang itu memang besar.Dia mengocok mulutku dengan penisnya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya, untung tidak berlangsung lama. Pak Edwin kembali berada diantara kakiku,disapukannya penisnya ke bibir pantatku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah penis itu ke anusku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam anusku meski dibagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang penis Pak Edwin.“ehh .. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Edwin mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokan penisnya di dalam anusku, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding anusku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas tubuhku sambil menciumi leherku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.Pak Edwin menaikkan tubuhnya dan bertumpu pada lutut dia mengentotku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras,keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya dianusku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding anus, denyutnya sampai terasa dibibir anus, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis . Agak kecewa juga aku dibuatnya karena aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit. “sorry aku duluan” bisiknya ditelingaku sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku. “nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru. Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari meja, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup kekesalan diriku. “I need another kontol” pikirku kalut. Kulihat di HP ada SMS dari indra dengan pesan “namanya Rino, akan menghubungi mas, by indra” Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Edwin, kulihat PakEdwin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku. Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah mendapat rangsangan yang tak tuntas, lalu kucuci anusku dari sperma Edwin, kalau tidak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya. Kulayangkan pandanganku keluar,gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada PakEdwin mungkin sudah kuhubungi indra untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia . Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam- malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok laki-laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya. “mas bayu? saya Rino temannya indra” sapanya. Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang. “Sebentar ya” kataku menutup pintukembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal , tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnisman professional, aku bingung memikirkannya. “kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang “eh.. anu. .enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata2 “jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua” “iya teman lama, nggak penting sih,tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku “ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan. Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan. “di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku pada Rino tegas. “Nggak apa2 mas, aku ikuti saja permainan Mas bayu, aku percaya sama indra dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya, lalu kupersilahkan masuk. Kulihat Edwin masih berbaring diranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki-laki yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua,basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Edwin bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang dia kekamar mandi. Aku kaget lalu melihat ke Rino yang hanya dibalas dengan senyuman nakal. “wah ngganggu nih” celetuk Rino “ah enggak udah selesai kok” jawabkusingkat “baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama bayu” teriak Edwin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku nggak tau. yg jelas aku kaget mendengar ucapan pak edwin. “indra udah cerita sama aku mengenai mas” bisik Rino pelan supaya tidak terdengar Edwin. Edwin keluar dari kamar mandi dengan tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaku hingga aku telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Edwin mulai menjamah kontolku, meraba-raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Edwin menjiat putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di dadaku. Kulihat Rino masih tetap duduk dikursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya. Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke- sexy-annya . Melihat potongan tubuhnya birahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Edwin di seluruh tubuhku, kupejamkan mataku sambil menikmati cumbuan Edwin. Ketika jilatan Edwin mencapai selangkanganku, kurasakan pelukan dan rabaan di tubuhku dari belakang, kubuka mataku ternyata Edwin sedang sibuk diselangkanganku dan Rino berada dibelakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaku membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yang dari Rino lebih menarik konsentrasiku. Mereka merebahkan tubuhku diranjang, Edwin tetap berkutat kontolku sementara Rino beralih menjilat& menghisap putingku dari kiri kekanan. Kugapai penis Rino yang menegang , agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir duakali punya Edwin meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok-kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya. Edwin membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi kontolnyanya tepat menghadap ke mukaku persisnya ke mulutku. Untuk kedua kalinya Edwin melesakkan kotolnyanya ke anusku dan langsung menyodok dengan keras hingga kontol Rino menyentuh pipiku. Kuremas kontol rino ketika Edwin dengan gairahnya mengobok-obok anusku. Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yang diberikan Edwin, kujilati Penis Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Edwin menghentakkan tubuhnya kepantatku, meski tidak sampai menyentuh dinding terdalam. tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya. Kukulum kontol Rino dengan gairah segairah kocokan Edwin padaku, Rino memegang kepalaku dan menekan dalam-dalam sehingga penisnya masuk lebih dalam ke mulutku meski tidak semuanya tertanam di dalam. Sambil ngentot tangan Edwin meraba-raba punggungku hingga ke dadaku, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan kontolnya dari mulutku. “eegghhmm. . eegghh. . hsssshh.. ” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat penis Edwin. Tak lama kemudian Edwin menghentikan aktivitas ngentotnya dan mengeluakan kontolnya dari anusku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Edwin, dengan mudahnya dia melesakkan kontolnya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari penis Edwin, kini kurasakan dinding bagian dalam anusku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika penis Rino menyentuhnya. Dia langsung mengentot perlahan dengan penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dengan gerakan tubuhnya sehingga penisnya makin masuk ke dalam mengisi rongga anusku yang tidak berhasil terisi oleh penis Edwin. Ada kenikmatan yang berbeda antara Edwin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yang luar biasa padaku saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Edwin entah kemana dia tidak ada didepanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tidak orgasme duluan. Rino lalu membalikku, kini aku telentang di depannya, ditindihnya tubuhku dengan tubuh sexy-nya lalu kembali dia memasukkan kontolnya, dengan sekali dorong amblaslah tertelan anusku, dengan cepat dan keras dia mengentotku, kontolnya yang keras dengan kepala besar seakan mengaduk aduk isi anusku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yang kudapat. “ouhhh.. yess. .fuck me hard.. yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yang eksotik itu. Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aku makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya. Kulihat Edwin berdiri di samping Rino, tatapanmataku tertuju pada penisnya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal penisnya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dengan pandangan dan senyum nakal. Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar penisnya disaat saat aku menikmatinya dengan penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Edwin menggantikan posisinya, begitu penisnya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu penisnya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan,saat Edwin menghunjamkan kontol dgn tajam ke anusku, seperti di gelitik-gelitik saat Edwin mengentot vaginaku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yang aneh tapi begitu penuh gairah. Edwin merasakan kemenangan ketika tubuhku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaku, disodorkannya penisnya ke mulutku, aku tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut,kucium aroma anus masih menempel di penisnya, langsung kubuka mulutku menerima kontol itu.Sementara kocokan Edwin di ansku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aku tak sempat mendesah karena disibukkan kontol Rino yang keluar masuk dimulutku. Aku menerima dua kocokan bersamaan diatas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini. Setelah cukup lama mengocokku dengan kondom kepalanya, Edwin menarik keluar kontolnya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke anusku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari kontol Edwin yang tertanam di anusku, denyutannya seakan memelarkan lobang anusku karena terasa begitu membesar ##, Rino beranjak menggantikan posisi Edwin, tapi itu tak lama, dia memintaku untuk di atas dan kuturuti permintaannya. Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga kontolnya bisa masuk anusku tanpa kesulitan berarti. Aku langsung mengocok kontolnya dengan gerakan menaik turunkan pantatku, lalu pantatku tak lepas dari jamahan rino, diremasnya dengan penuh gairah seiring dengan kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam kontolnya menancap di lobang anusku dan makin tinggi kenikmatan yang kudapat. akupun mengocok kontolku sendiri dan “OUUGGHH. . yess. . yess. . arghhhh” teriakku lalu kemudian disusul muncratan sperma ke tubuh rino, Rino yang belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, tubuhku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengentotku dia memeluk tubuhku dengan erat, kini aku Cuma bisa mendesah didekat telinganya sambil sesekali kukulum. Tak berapa lama kemudian Rino mencapai puncaknya, crot crott croooot kurasakan semprotan sperma dan denyutan yang keras di anusku terutama kepala penisnya yang membesar hingga mengisi semua anusku.“oouuhh .. yess. .I love it akhhh . .” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino. Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yang disusul denyutan lainnya yang melemah hingga menghilang dan lemaslah batang penis di anusku itu. Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan akupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sambil tangannya ditumpangkan di dadaku, kurasakan hembusan napasnya di telingaku. “mas bayu sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaku. Aku hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yang baru saja terjadi. Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yang berarti sudah jam 1 malam.“Rino , kamu nginap sini ya nemenin aku ya, Koh Edwin kalau nggak keberatan dan tidak ada yang marah di rumah kuminta ikut nemenin,gimana ?” pintaku “Dengan senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku. Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan tubuhku menghadap Edwin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku memeluk tubuhnya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya menempel di dadaku sementara kaki kanannya ditumpangkan kepinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aku berada ditengah diantara dua laki laki yang baruku kenal beberapa jam yang lalu. Entah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik dipantatku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan kontolnya ke anusku dengan posisi seperti itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan kontolnya ke anusku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai mengocokku anusku dari belakang dengan perlahan. Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian kurasakan denyutan kuat dari kontol Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aku melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah bangun, dia memintaku menghadap ke Rino ganti dia yang mengentotku dari belakang seperti tadi sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas. Berbeda dengan entotan Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan kocokan dengan keras disertai remasan kuat di pinggangku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin mengentotku hingga aku mengocok kontolku lagi dan akhirnya muncrat beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yang terputus. Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi,kuangkat dan ternyata dari Andi. “pagi pak, udah bangun?” tanyanya dari seberang “pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong diatur tempat meetingnya, cari yang bagus” jawabku memberi perintah “beres pak” jawabnya “Edwin, aku ada meeting dengan PakReza jam 10, kamu bagaimana?”tanyaku “lho meetingnya kan juga sama-sama aku” jawab Edwin “oh ya? dia tidak pernah cerita tuh,dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya” “oke anyway, aku tak mau datang ketempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin” “Ayo mandi lalu kita cari pakaian dibawah” kataku “Rino, kamu boleh tinggal disini ataupergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting” kataku sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan. Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas dan sesekali menjilati telingaku, kuraih kontolnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang. Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan pantatku dan mengarahkan kontolnya ke anusku, dengan ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Edwin langsung menancapkan sedalam dia bisa. Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Edwin menyemprotkan spermanya di dalam anusku, tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan dengan penuh gairah. Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapaku pilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah, aku merasa sexy dibuatnya. Kutinggalkan amplop berisi uang dimeja dan kucium Rino. “Kalau kamu mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas ciuman lembut rino. Pukul 9: 15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Andi yang keluar dari kamarnya tepat ketika aku keluar bersama Edwin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat, tapi aku yakin dia melihatnya & aku sudah tidak kaget lagi karna andy sudah mengetahui ke-gay-anku sejak lama. “Morning Andi” sapaku “eh morning pak, ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop bapak” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift. “Thanks Ndi” jawabku singkat. Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada dipikiran Andi bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku, mungkin andy bisa menebak apalagi yg telah terjadi kalau bukan ML. ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 22 tahun tapi ketegasan tampak di kerutwajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku, postur tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Andi sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya. Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu dipantulan cermin.“Ting ”, untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami. “Eh pak bayu, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini” Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini. “Oh iya, Andi, ini Pak Edwin, clien dari Pak yono yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting” kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Andi. “Pak Edwin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang incharge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya bolehdi uji” lanjutku memuji Andi, itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya clien lebih confident. Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya. Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, diujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle .Aku dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja,kuletakkan laptop di depanku, PakEdwin duduk di sebelah kiriku. “Ndi tolong nyalakan laptop, aku ketoilet sebentar” kataku sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro ditoilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju. Pak yono sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita yang muda dan cantik ketika aku kembali keruangan meeting.“Pagi Pak yono, pagi Bu” sapaku sambil menyalami mereka berdua “Pagi juga pak bayu, anda kelihatan tampan sekali pagi ini” kata Pak yono “emang selama ini nggak tampan?”jawabku “bayu” sapaku pada wanita di samping Pak yono sambil mengulurkan tangan “Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis “bukan begitu, tapi pagi ini lebih tampan dan cerah” “Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile”kataku lagi “dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak yono. Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak dimonitor laptopku seorang pria sedang telentang menerima kocokan di dipantatnya. sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yang ada dilaptop-ku dan karena buru-buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down ” yang aku pilih tapi “stand by”. Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku “re-booting ”, kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini. Meeting dimulai dengan presentasi Andi dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalahLisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Andi, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak yono disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar- benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi piawai dalam negosiasi. Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak yono, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan. “Ndi, kamu revisi dan di print diBusiness Center supaya bisa di tandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku “baik pak”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen- dokumen yang diperlukan. Kupesan champagne merayakan kerjasama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan. “Selamat pak bayu semoga sukses dengan kerja sama kita ini” Pak Edwin menyalamiku. akupun lalu menyalami Lisa “Anda begitu hebat dalam negosiasi” kataku kpada lisa. “terima kasih" jawab lisa. Jarum jam menunjukkan pukul 12:30 , ketika kami menandatangani kontrak itu, Pak yono menandatangani lembaran itu lalu aku pula menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu. “Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama” usul Pak Edwin. Aku hanya tersenyum menanggapi usulan Pak Edwin. Tak lama kemudian kami semua menyetujuinya, lalu aku bereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi. Dan selesailah official meeting hari ini. Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku sedikit takut. dan Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan kekamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan. “Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Andi, sebelum dia masuk kamarnya .Dan kami kembali ke Jakarta sebagaimana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah..

1 comments:

  1. Hai Gay indonesia....
    Salam kenal semua. Kenalkan aku 30th tinggal di Bangkabelitung.
    Saat nih Aku single. No BF. No Merried.
    Senang membuka perkenalan dengan anda2 diluar sana.
    Aku wiraswasta kecil2an didaerahku.

    Yaa... dibuat simple...
    Kita kenalan. Saling tukar foto. Saling komunikasi. Tukar pikiran dll.
    Apabila terdapat kecocokan, Lanjut special yaa... kenapa nggak?
    Gak cocok...? berteman pun tak masalah...

    Aku hoby jalan2... traveling... backpacker...
    Liburan dengan budget minim.
    Kadang aku bisa 3-4kali /tahun keluar pulau.
    Barangkali nanti bisa keliling bareng kamu....?

    Mungkin saja suatu hari kita bisa bertemu & aku berkunjung ke daerahmu....?
    & kamu welcome menerima kedatangan... bisa juga...

    Seandainya kamu lagi nganggur, tertarik tuk merantau...?
    Mau cari2 kerja didaerahku... aku siap bantu...
    Asalkan sama” suka & siap Bfan.
    Kalo tidak saling suka, yaa jangan dipaksakan...
    Aku carinya BF... Bukan cari Gigolo / Pelacur ya...
    Soal e saya masih suka orang baik2.
    Jadi minggir dulu... kalo niatmu mau Hura” / Foya”...
    Karakterku sederhana, jadi kalaupun membantu dengan kesederhanaan.

    Aku Cuma tertarik kenalan Gay Pria Manly.
    Berpenampilan Normal.
    Tanpa Ngondek. Tanpa Manja. Tanpa Alay.

    Jika merasa...
    Jangan lupa... kontak ya...
    WA : xx1949246000
    BBM : D33CA027
    weChat : debelitong
    Line ID : belitong.ml




    Kumpulan kontol Pria Indonesia


    ReplyDelete

tinggalkan jejak dengan komentar